Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Rabu, 27 Oktober 2010

Perbedaan Pendidikan Jasmani dengan Olahraga

Terkejut aku kemarin waktu saya baru naek motor menuju ke kampus, tiba-tiba saya berhenti dan menghentikan motor sejenak untuk menerima telpon yang sudah cukup lama tidak saya jawab. Ternyata telepon itu dari teman saya yang sama-sama mengajar penjas.

Kalo tidak salah pembicaraan kami seperti:

Assalamu’alaikum. Ini saya Yofi. Ri, tolong aku dikasih tau perbedaanPendidikan Jasmani Olahraga. Akupun menjawab Okey nanti saya kasih tau, ini saya baru penjalanan mau kuliah.

Wah, ternyata masih ada juga guru olahraga yang gak ngerti perbedaan antara Pendidikan Jasmani dengan Olahraga. Makanya sering-sering mampir keguruolahragadotcom !!!!

Baiklah disini saya akan mencoba menjelaskan seingat saya mengenai perbedaanPendidikan Jasmani dengan Olahraga yang saya perolah waktu duliah Diploma II dulu.

Ada 4 aspek yang membedakan antara Pendidikan Jasmani dengan Olahraga antara lain:

  1. Tujuan Pendidikan Jasmani disesuaikan dengan tujuan pendidikan yang menyangkut pengembangan seluruh pribadi anak didik, sedangkan tujuanOlahraga adalah mengacu pada prestasi unjuk laku motorik setinggi-tingginya untuk dapat memenangkan dalam pertandingan.
  2. Isi Pembelajaran dalam pendidikan jasmani disesuaikan dengan tingkat kemampuan anak didik, sedangkan pada olahraga isi pembelajaran atau isi latihan merupakan target yang harus dipenuhi.
  3. Orientasi Pembelajaran pada pendidikan jasmani berpusat pada anak didik. Artinya anak didik yang belum mampu mencapai tujuan pada waktunya diberi kesempatan lagi, sedangkan pada olahraga atlet yang tidak dapat mencapai tujuan sesuai dengan target waktu dianggap tidak berbakat dan harus diganti dengan atlet lain.
  4. Sifat kegiatan pendidikan jasmani pada pemanduan bakat yang dipakai untuk mengetahui entry behavior, sedangkan pada olahraga bertujuan untuk memilih atlet berbakat.

Baiklah mungkin itu garis besar mene

Hubungan Pendidikan Jasmani dengan Bermain dan Olahraga

Dalam memahami artipendidikan jasmani, kita harus juga mempertimbangkan hubungan antara bermain (play) dan olahraga (sport), sebagai istilah yang lebih dahulu populer dan lebih sering digunakan dalam konteks kegiatan sehari-hari. Pemahaman tersebut akan membantu para guru atau masyarakat dalam memahami peranan dan fungsi pendidikan jasmani secara lebih konseptual.

Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita mengartikan bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam keduanya.

Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif.

Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai aktivitas kompetitif yang terorganisir, kita mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah disempurnakan dan diformalkan hingga kadar tertentu, sehingga memiliki beberapa bentuk dan proses tetap yang terlibat. Peraturan, misalnya, baik tertulis maupun tak tertulis, digunakan atau dipakai dalam aktivitas tersebut, dan aturan atau prosedur tersebut tidak dapat diubah selama kegiatan berlangsung, kecuali atas kesepakatan semua pihak yang terlibat.

Di atas semua pengertian itu, olahraga adalah aktivitas kompetitif. Kita tidak dapat mengartikan olahraga tanpa memikirkan kompetisi, sehingga tanpa kompetisi itu, olahraga berubah menjadi semata-mata bermain atau rekreasi. Bermain, karenanya pada satu saat menjadi olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga tidak pernah hanya semata-mata bermain; karena aspek kompetitif teramat penting dalam hakikatnya.

Di pihak lain, pendidikan jasmani mengandung elemen baik dari bermain maupun dari olahraga, tetapi tidak berarti hanya salah satu saja, atau tidak juga harus selalu seimbang di antara keduanya. Sebagaimana dimengerti dari kata-katanya, pendidikan jasmani adalah aktivitas jasmani yang memiliki tujuan kependidikan tertentu. Pendidikan Jasmani bersifat fisik dalam aktivitasnya dan penjas dilaksanakan untuk mendidik. Hal itu tidak bisa berlaku bagi bermain dan olahraga, meskipun keduanya selalu digunakan dalam proses kependidikan.

Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-tujuan kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan kependidikan. Misalnya, olahraga profesional (di Amerika umumnya disebut athletics) dianggap tidak punya misi kependidikan apa-apa, tetapi tetap disebut sebagai olahraga. Olahraga dan bermain dapat eksis meskipun secara murni untuk kepentingan kesenangan, untuk kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi keduanya. Kesenangan dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara eksklusif; keduanya dapat dan harus beriringan bersama.

Komponen Kebugaran Jasmani

ada 10 poin yang merupakan komponen kebugaranjasmani, yaitu:

1. Kekuatan
Strength, Kemempuan dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja

2. Daya tahan
Endurance, Kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, paru-paru, dan peredaran darahnya secara efektif dan efisien untuk menjalankan kerja secara terus menerus

3.Daya Otot
Muscular Power, Kemampuan seseorang dalam mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu sependek-pendeknya

4.Kecepatan
Speed, Kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dengan waktu sesingkat-singkatnya.

5.Daya lentur
Flexibility, Efektifitas seseorang dalam menyesuaikan diri untuk segala aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas

6.Kelincahan
Agility, Kemampuan seseorang mengubah posisi di area tertentu.

7.Koordinasi
Coordination, Kemampuan seseorang mengintegrasikan berbagai gerakan yang berbeda kedalam pola gerakan tunggal secara efektif.

8.Keseimbangan
Balance, Kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf otot.

9.Ketepatan
Accuracy, Kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran.

10.Reaksi
Reaction, Kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera

Gaya Mengajar Pemecahan Masalah

ciri-ciri

Gaya mengajar pemecahan masalah terdiri atas masukan informasi pemikiran, pemilihan dan respon. Masalahnya harus dirancang sehingga jawabannya bukan hanya satu jawaban. Bila demikian, gaya ini berubah menjadi gaya yang disebut diskoveri tertuntun.

Masalahnya dirancang dari yang mudah ke yang sukar. Misalnya, “apa perbedaan hasil lemparan bola dalam keadaan kedua kaki diam di atas lantai dengan hasil lemparan dalam posisi kedua kaki sambil bergerak?” Pertanyaan bisa semakin sulit. Misalnya, “bagaimana bentuk gerakan lanjutan kaki untuk menendang dalam sepak bola agar bola tidak melambung jauh diatas seperti kelas 5 dan 6 SD. Makin meningkat usia siswa, seperti sudah menginjak jenjang SLTP, maka mutu pertanyaannya pun kian meningkat. Pertanyaan seperti ini dimaksudkan untuk merangsang penalaran siswa.

Pelaksanaan

Langkah-langkah pelaksanaan gaya mengajar pemecahan masalah sebagai berikut:

  • Penyajian masalah. Guru menyajikan masalah kepada siswa dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang merangsang untuk berfikir. Tidak ada penjelasan atau demonstrasi karena pemecahannya bersumber dari anak.
  • Tentukan Prosedur. Para siswa harus memikirkan prosedur yang dibutuhkan untuk mencapai pemecahan. Bila usia anak masih muda seperti di kelas awal (kelas 1, 2, atau 3), maka persoalan yang diajukan juga lebih sederhana.
  • Bereksperimen dan mengeksplorasi. Dalam bereksprerimen siswa mencoba beberapa kemungkinan cara memecahkan masalah serta menilai dan membuat sebuah pilihan. Ketika mencari-cari jawaban, anaklah yang menentukan arah pemecahannya. Sementara hanya berperan sebagai penasihat, seperti menjawab pertanyaan membantu, memberikan komentar, dan mendorong siswa. Namun, ia tidak megnemukakan jawaban. Waktu harus dirancang cukup untuk mencari jawaban.
  • Mengamati, mengevaluasi, dan berdiskusi. Setiap anak perlu memperoleh kesempatan untuk mengemukakan jawaban dan mengamati apa yang ditemukan siswa lainnya. aneka macam hasil temua dapat dipertunjukkan oleh anak secara perorangan, kelompok kecil, rombongan yang agak besar, atau bagian dari kelas. Diskusi terpusat pada pengujian pemecahan yang khas.
  • Penghalusan dan perluasan. Setelah mengamati pemecahan yang diajukan siswa lainnya dan mengevaluasi alasan di balik pemecahan yang dipilih, apa yang perlu dilakukan. Setiap anak memperoleh kesempatan untuk bekerja kembali melakukan pola geraknya, menggabungkan satu gagasan dengan gagasan lainnya.

Gaya Mengajar Ekplorasi Tak Terbatas

Ciri-ciri

Dalam gaya ekplorasi terbatas, guru membantu menyediakan alat-alat pengajaran dan merancang tugas yang akan dijelajahi. Petunjuk yang disampaikan guru bisa begini: “Hari ini, separuh waktu bebas kamu isi dengan aneka kegiatan, dan silahkan mencari dan memakai alat yang dibutuhkan.”

“Ambil bola dan silahkan memainkannya sesuka hatimu” Tidak ada batas, kecuali faktor keselamatan siswa. Guru cuma mengingatkan bagaimana menggunakan alat.

Pelaksanaan

Karena diutamakan kemampuan siswa mencari cara pemecahannya sendiri, maka tidak ada contoh atau demonstrasi dari pihak guru. Jadi guru menghindari pemberian petunjuk dan hasil yang harus dicapai, kecuali mengingatkan beberapa hal seperti cara memakai alat. Hal itu untuk mencegah anak meniru atau tidak kreatif.

Prinsip

  • Dalam penerapan gaya eksplorasi tak terbatas, tidak berarti guru tidak aktif. Dalam paraktek ia berkeliling memberikan dorongan dan menjawab pertanyaan yang dikemukakan secara perorangan.
  • Guru memusatkan perhatiannya untuk memotivasi siswa dan memberikan kesempaan kepada siswa agar mandiri dan kemudian semakin mandiri sesuai dengan perkembangan anak.

Gaya Mengajar Eksplorasi Terbatas

Ciri

Tugas guru ialah menyiapkan pelajaran, materi dan petunjuk umum. Siswa bertugas untuk menentukan sendiri respon yang sesuai. gaya ini cocok untuk pengayaan gerak dan mengembangkan bebeapa pola gerak untuk keterampilan khusus.

Pelaksanaan

Bila mempelajari keterampilan manipulatif (misalnya, keterampilan melempar bola dengan tangan) siswa dapat memperlihatkan beberapa cara melambung dan menangkap bola sambil berdiri di tempat. Faktor apa yang terbatas? Keterampilan menangkap sambil berdiri di tempat. Contoh lainnya bila siswa berlatih bersama temannya, misalnya keterampilan memainkan bola mereka dapat melempat atau memantulkan bola dengan beberapa cara seperti bolak balik di antara mereka.

Bagaimana Menstimulasi Perkembangan Keterampilan Gerak Pada Anak

Penulis: Hartono Gunardi

Latihan otot besar

a. Keseimbangan

· Berjalan mundur
Ketika si kecil mampu berjalan, keseimbangan telah ia peroleh. Yang ia butuhkan saat ini adalah latihan keseimbangan secara terus-menerus. Untuk melatih si kecil agar memperoleh keseimbangan dengan baik, Anda dapat mengajaknya berjalan mundur. Mula-mula Anda dapat memberi contoh bagaimana berjalan mundur. Kemudian, peganglah kedua tangan anak Anda dari arah depan, dan doronglah pelan-pelan agar ia berjalan mundur. Setelah berjalan mundur, ganti Andalah yang melakukannnya.

· Melompati tali
Melatih keseimbangan juga dapat dilakukan dengan melompati tali. Anak usia ini belum mampu melompat secara sungguh-sungguh. Melompati tali yang akan dilakukan oleh anak, sebetulnya lebih mirip melangkahi tali. Anda dapat meletakkan seutas tali yang masing-masing ujungnya diletakkan di atas sebuah benda setinggi 20 cm tanpa mengikatnya. Hal ini dimaksudkan agar anak tidak terjatuh bila kakinya menyentuh tali saat ia meloncat. Latihan ini selain meningkatkan keseimbangan, juga meningkatkan kesadaran anak akan jarak

b. Memperkuat otot

· Latihan mengayuh
Untuk berjalan, diperlukan kekuatan otot paha, otot perut, otot punggung bagian bawah. Kekuatan otot-otot itu dapat diperoleh melalui latihan mengayuh di udara. Latihan ini dapat Anda lakukan berdua dengan si kecil. Caranya, berbaringlah di lantai dan baringkan anak di dada anda. Kemudian, angkat kaki Anda dan si kecil lebih tinggi dari kepala. Lalu, "mengayuhlah" bersama-sama.

· Menyusun dan menendang
Kekuatan otot-otot di bagian paha, perut dan punggung bagian bawah juga akan berguna bagi anak saat ia belajar menendang. Untuk melatihnya menendang, Anda dapat mengajak anak menyusun kardus bekas. Kegiatan menyusun ini sekaligus memperkuat otot lengan si kecil, yang menjadi dasar untuk menyusun balok kelak. Saat kardus sudah tersusun, Anda dapat meminta si kecil untuk merubuhkannya dengan cara menendang.

· Menggelindingkan bola
Otot besar lain yang juga perlu dilatih seiring dengan berkembangnya keterampilan berjalan anak adalah otot lengan. Kekuatan otot lengan akan berguna bagi kegiatan melempar dan menangkap bola, kelak ketika anak berusia tiga tahun. Namun di usia ini, latihan yang sederhana sudah dapat dilakukan, yaitu menggelindingkan bola. Anda dapat melatih anak dengan mengajaknya duduk berhadapan, dengan kedua kaki terbuka lebar ke arah depan. Kaki Anda dan si kecil yang terbuka lebar telah membentuk area luas, yang dapat dilalui oleh sebuah bola. Gelindingkan bola ke arah anak agar ia menangkapnya. Kemudian, mintalah pada anak untuk menggelindingkan bola itu ke arah Anda. Berhasil atau tidak anak menangkap atau menggelindingkan bola, tetaplah beri pujian, karena ia telah berusaha melakukannya. Perlu diingat, bagi anak usia ini, kegiatan tersebut tidaklah sesederhana seperti yang kita pikir.

Latihan otot kecil

a. Otot tangan

· Memasukkan benda
Memasukkan mainan ke dalam kaleng dapat melatih otot kecil ke bagian tangan. Anda dapat menggunakan kaleng susu bekas, dengan membuat sayatan berbentuk X pada penutupnya yang terbuat dari plastik. Mintalah anak untuk memasukkan benda-benda yang bisa melewati celah itu ke dalam kaleng. Kegiatan memasukkan benda ke dalam kaleng dapat memperkuat otot kecil karena ada aktivitas menekan benda tersebut. Kegiatan ini juga melatih koordinasi mata dengan jari tangan.

· Meremas-remas
Permainan lain yang dapat melatih dan memperkuat otot tangan si kecil adalah meremas-remas. Anak usia ini sangat senang menemukan sesuatu yang tersembunyi. Untuk memperkuat otot tangannya sekaligus memuaskan kegemarannya mencari, Anda dapat menyembunyikan mainan anak ke dalam kertas kemudian meremasnya.Setelah terkumpul beberapa buah "bola" kertas berisi mainannya, mintalah anak untuk membuka kertas dan menemukan kembali mainannya. Biasanya anak akan merasa sangat bangga bila berhasil menemukan sesuatu yang tersembunyi.
Selain memperkuat otot tangan, permainan ini sekaligus mengajarkan kepada anak bahwa benda kecil dapat tertutup oleh benda yang lebih besar. Selain itu, anak juga akan paham, bahwa sesuatu yang tidak kelihatan bukan berarti tidak ada.

b. Koordinasi

· Memandu benda dengan gambar
Koordinasi tangan-mata sangat diperlukan oleh anak dalam melakukan berbagai kegiatan bermainnya. Salah satu permainan yang dapat meningkatkan koordinasi tangan-mata adalah memadukan gambar dan benda. Latihan ini cocok untuk anak usia dua tahun. Anda dapat membuat bebrapa buah gambar bayangan benda, misalnya sendok, lingkaran dan kotak di atas sebuah karton. Kemudian, berikan kepada anak sebuah sendok, tutup gelas dan kotak sabun. Mintalah pada anak untuk meletakkan benda-benda itu di atas gambar bayangan yang sudah Anda buat.
Selain meningkatkan koordinasi tangan-mata, kegiatan ini juga dapat melatih daya konsentrasi anak.

Usia 24-36 Bulan

Latihan otot besar


a. Keseimbangan

· Latihan meniti
Di usia ini, keseimbangan masih menjadi tema penting bagi keberhasilan gerak yang hendak dilakukan oleh anak. Semakin rumit gerak yang dilakukan oleh anak, semakin besar kekuatan otot yang dibutuhkannya untuk menetralkan kekuatan di luar dirinya, yaitu daya tarik bumi. Misalnya saja, saat anak melompat, ia harus dapat mendarat tanpa terjatuh. Hal ini tentu saja mengandalkan kekuatan otot batang tubuhnya.
Latihan untuk mendapatkan keseimbangan yang baik, dapat dilakukan melalui permainan meniti tali. Anda dapat meletakkan seutas tali di lantai, kemudian meminta pada anak untuk berjalan lurus di atasnya mengikuti panjang tali. Bila ia berhasil berjalan lurus tanpa oleng atau terjatuh, Anda dapat memeberinya beberapa rintangan. Misalnya saja, dengan memberikan beberapa tumpukan majalah bekas pada setiap jarak tertentu, sehingga anak harus melompat untuk melewatinya.

· Latihan melompat
Kemampuan anak untuk melompat, menandai tonggak yang utama dalam perkembangan otot besarnya. Latihan melompat akan memperkuat otot kaki, sementara keseimbangannya juga mengalami perbaikan. Untuk menghindari agar anak tidak jatuh dan terluka, tinggi rintangan yang akan dilompati oleh anak haruslah dibatasi. Misalnya saja, Anda tidur tengkurap di lantai, kemudian biarkan anak melompati Anda.

b. Memperkuat otot lengan

· Mengayun lengan
Menepuk balon seperti pada permainan voli, sangat digemari oleh anak. Dalam permainan ini, anak akan mengayunkan lengannya untuk menepuk balon agar melambung kembali. Latihan ini dilakukan untuk menepuk balon agar melambung kembali. Latihan ini dilakukan untuk memperkuat otot lengan, yang kelak akan berguna bagi aktivitasnya yang lebih rumit.
Adanya kombinasi tangan anak yang kecil dan keterbatasan kemampuan koordinasinya, sering mengakibatkan anak meleset saat memukul balon. Namun, berhasil atau tidak, anak sangat suka melakukannya. Untuk mengatasi keterbatasan tangannya yang masih kecil ini, Anda dapat memberikannya piring kertas yang akan berfungsi sebagai raket, sehingga anak terpacu untuk melakukannya berkali-kali.

Latihan otot kecil

a. Otot tangan

· Memilin
Latihan untuk memperkuat otot jari dapat dilakukan dengan permainan memilin-milin kertas atau kain perca. Kertas warna yang tipis, setelah dipilin dapat dimasukkan ke dalam setangkai sedotan. Selain memperkuat otot jari, anak sekaligus melakukan latihan korrdinasi tangan dan mata.

· Membuka penjepit
Latihan untuk memperkuat otot jari juga dapat dilakukan dengan bermain jepitan jemuran. Berikan kepada anak beberapa buah jepitan jemuran berbagai warna dan sebuah panci. Mintalah kepada anak untuk menjepit tepi panci dengan jepitan. Mintalah pula pada anak untuk memisahkan jepitan sesuai dengan kelompok warna. Selain memperkuat otot jari, anak juga belajar tentang warna.

b. Koordinasi

· Latihan melempar
Kegiatan melempar pada dasarnya mengandalkan gerak otot kecil. Melempar merupakan kegiatan memindahkan benda dalam jarak yang jauh. Kegiatan melempar melibatkan visual localization atau arah pengliahatan, cara berdiri, pemindahan massa tubuh, pencapaian, gerakan pengendoran dan pemulihan.
Keterampilan melempar bola juga membutuhkan keseimbangan saat tubuh dalam posisi tetap dan bergerak, ketepatan waktu saat melempar, koordinasi tangan-mata yang baik, kemampuan fungsi-fungsi jari yang baik juga lengan, batang tubuh, kaki serta kepala.
Untuk menunjang keterampilan melempar ini, Anda dapat memilih bola dari bahan yang empuk dan tidak berat, agar anak mudah mengangkatnya.
Bola sebaiknya berdiameter 15 cm agar anak mudah melempar dan menangkapnya kembali. Latihan yang sering dan menyenangkan akan memperkuat koordinasi yang dibutuhkan si kecil untuk melakukan kegiatan yang lebih rumit.

Sumber: Ikatan Dokter Anak Indonesia A